Senin, 12 Januari 2015

Tugas Softskill bahasa Indonesia yang ke-4



BAB I
PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang
Di era globalisasi, pertumbuhan dan perkembangan industri manufaktur saat ini menyebabkan pesatnya laju perekonomian dan meningkatnya permintaan konsumen terhadap suatu produk dalam upaya memenuhi kebutuhan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan industri manufaktur (pengolahan) tahun 2013 sebesar 5,56% meski mengalami penururan sebesar 0,17% dari tahun 2012 dengan laju pertumbuhan di tahun 2012 sebesar 5,73%, namun industri manufaktur masih diminati oleh investor. Berikut ini adalah empat industri manufaktur yang diminati oleh investor versi web www.investor.co.id dengan proporsi investasi yang besar, yaitu (1) industri logam, mesin, dan elektronik; (2) industri kendaraan bermotor; (3) industri makanan dan minuman; serta (4) industri kimia dan farmasi. Meski menjadi daya tarik bagi investor, industri manufaktur di Indonesia belum mampu sepenuhnya memenuhi seluruh permintaan konsumen yang beragam. Maka dari itu, untuk memenuhi kebutuhan konsumen banyak industri asing yang mulai memasuki dan bersaing dengan industri di Indonesia.
Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia pada web www.sahamok.com sampai dengan 2 Januari 2014, sebanyak 486 perusahaan telah terdaftar sebagai perusahaan (emiten) di Bursa Efek Indonesia. Dari 486 perusahaan yang telah terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dapat dikategorikan kedalam dua sektor yaitu sektor utama adalah industri penghasil bahan baku dan sektor kedua adalah industri pengolahan atau manufaktur. Pada sektor industri pengolahan atau manufaktur terdapat sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang dan konsumsi. Dalam sektor industri dan barang konsumsi, terdiri dari lima subsektor yaitu subsektor makanan dan minuman, rokok, farmasi, kosmetik dan barang keperluan rumah tangga, serta peralatan rumah tangga.
Subsektor makanan dan minuman pada industri manufaktur memiliki peranan penting dalam pertumbuhan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia, karena masyarakat Indonesia cendrung bersifat konsumtif dalam pemenuhan kebutuhan pokok dalam hal sandang, pangan, dan papan. Namun, dalam pemenuhan kebutuhan tersebut masyarakat juga memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap harga pada produk. Jika biaya bahan baku dan biaya produksi semakin mahal, maka harga jual produk akan semakin tinggi. Dan jika hal ini terus berlanjut maka produk asli dari subsektor makanan dan minuman di Indonesia akan merosot dan bisa saja terjadi ketidakmampuan bersaing dengan produk asing serta produk asli Indonesia akan cenderung lebih mahal. Jika daya saing produk Indonesia rendah maka akan mempengaruhi pertumbuhan PDB serta memperburuk kondisi perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, perusahaan subsektor makanan dan minuman seharusnya memberikan peluang investasi untuk mencari pembiayaan eksternal agar perusahaannya dapat tumbuh dan berkembang serta mampu bersaing dengan perusahaan asing.
Pasar modal dapat menjadi sarana yang paling efektif untuk menghimpun dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi, serta pasar modal juga merupakan sarana alternatif untuk memperoleh sumber pendanaan atau pembiayaan eksternal perusahaan untuk membantu kelancaran operasional perusahaan. Syarat utama yang diharapkan oleh investor adalah perasaan aman dan kenyamanan dalam investasinya. Menurut Pandji Anoraga dan Piji Pakarti, (2008 : 98), “Suatu kebijaksanaan pemerintah dapat mendorong investor memasuki pasar modal. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa untuk dapat menjadi investor yang baik harus mempunyai keberanian untuk menanggung risiko. Investor baru akan memasuki pasar modal kalau menurut penilainnya investasi dalam sekuritas. Instrumen pasar modal lebih menguntungkan dibandingkan dengan alternatif lain.”
Sebelum melakukan aktifitas investasi di pasar modal dengan membeli saham, ada baiknya bagi seorang investor untuk melakukan penilaian tentang kondisi kesehatan dan perkembangan perusahaan tersebut, agar investasi yang dilakukannya dapat memberikan keuntungan (return). Memperoleh keuntungan (return) merupakan tujuan pokok dan yang paling utama dalam investasi di pasar modal. Berbagai cara akan ditempuh oleh seorang investor untuk memperoleh return sesuai yang diharapkan, baik melalui analisis terhadap pola perilaku perdagangan saham, maupun dengan memanfaatkan sarana yang diberikan oleh para analis pasar modal.
Setiap perusahaan go public pasti memiliki manajemen yang sangat baik terlebih karena perusahaan go public merupakan perusahaan yang dapat dimiliki oleh perusahaan luas, oleh karena itu operasional perusahaan yang efisien akan sangat mempengaruhi apresiasi masyarakat pada perusahaan publik. Salah satu ciri sistem manajemen yang baik adalah adanya laporan keuangan rutin setiap tahunnya, laporan keuangan inilah yang akan jadi tolak ukur bagi investor untuk memiliki saham di perusahaan tersebut. Dalam melakukan investasi di pasar modal para analis maupun investor dapat melakukan pendekatan investasi baik secara analisis teknikal dan analisis fundamental.
Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham tersebut di waktu lampau. Sedangkan analisis fundamental merupakan teknik analisis saham yang mempelajari tentang keuangan mendasar dan fakta ekonomi dari perusahaan sebagai langkah penilaian harga saham perusahaan. Pandji Anoraga dan Piji Pakarti, (2008 : 35), mengemukakan “Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan. Karena nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahannya”.
Current Ratio (CR) merupakan salah satu rasio likuiditas yang bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancar yang dimilikinya. Nilai Current Ratio (CR) yang tinggi belum tentu baik ditinjau dari segi profitabilitasnya, dikarenakan Current Ratio (CR) yang terlalu tinggi pada kondisi tertentu dapat menunjukkan banyak dana perusahaan yang menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan, sedangkan Current Ratio (CR) yang rendah akan berakibat pada menurunnya harga pasar saham perusahaan yang bersangkutan.
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio leverage financial (financial leverage ratio) yang mengukur kemampuan kinerja perusahaan dalam mengembalikan hutang jangka panjangnya dengan melihat perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri (total ekuitas). Didalam Balancing Theory disebutkan bahwa keputusan untuk menambah hutang tidak hanya berdampak negatif, tetapi juga dapat berdampak positif karena perusahaan harus berupaya menyeimbangkan manfaat dengan biaya yang ditimbulkan akibat hutang.
Net Profit Margin (NPM) merupakan suatu ukuran prosentase dari setiap rupiah penjualan yang menghasilkan laba bersih. Rasio ini memberikan gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai prosentase dari penjualan. Dengan demikian peningkatan Net Profit Margin (NPM) tentunya akan memberikan sinyal positif bagi para investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut dengan harapan akan memperoleh return yang tinggi, sehingga peningkatan Net Profit Margin (NPM) tentunya akan diimbangi dengan peningkatan return serta harga saham perusahaan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang harga saham. Penelitian tentang harga saham ini dibatasi dengan tiga faktor, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Net Profit Margin (NPM). Penelitian ini mengambil sampel perusahaan manufaktur subsektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009 2013. Oleh karena itu, penelitian ini diberi judul “PENGARUH  CURRENT RATIO (CR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER), DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUBSEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.


1.2              Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah:
1.         Untuk mengetahui pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Net Profit Margin secara parsial maupun simultan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur subsektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2.         Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Net Profit Margin terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur subsektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.3              Manfaat Penelitian
1.3.1 Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan pembaca dan penulis mengenai pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Net Profit Margin terhadap harga saham. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

1.3.2        Manfaat Praktis
a.        Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran, masukan atau pertimbangan kepada perusahaan atau pihak manajemen dalam melakukan pengelolaan perusahaan yang berkaitan dengan Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Net Profit Margin.
b.        Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran baik kepada investor maupun calon investor terhadap perkembangan suatu perusahaan sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan ekonomi, misalnya keputusan investasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar