BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Di era
globalisasi, pertumbuhan dan perkembangan
industri manufaktur saat ini menyebabkan pesatnya laju
perekonomian dan meningkatnya permintaan konsumen terhadap suatu produk dalam
upaya memenuhi kebutuhan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan industri manufaktur (pengolahan)
tahun 2013 sebesar 5,56% meski mengalami penururan sebesar 0,17% dari tahun
2012 dengan laju pertumbuhan di tahun 2012 sebesar 5,73%, namun industri
manufaktur masih diminati oleh
investor. Berikut ini adalah empat industri
manufaktur yang diminati oleh
investor versi web www.investor.co.id dengan proporsi investasi
yang besar, yaitu (1) industri logam, mesin, dan elektronik; (2) industri
kendaraan bermotor; (3) industri makanan dan minuman; serta (4) industri kimia dan farmasi. Meski menjadi daya tarik bagi investor, industri
manufaktur di Indonesia belum mampu sepenuhnya memenuhi seluruh permintaan
konsumen yang beragam. Maka dari itu, untuk memenuhi kebutuhan konsumen banyak
industri asing yang mulai memasuki dan bersaing dengan industri di Indonesia.
Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Bursa Efek
Indonesia pada web www.sahamok.com sampai dengan 2 Januari 2014, sebanyak 486
perusahaan telah terdaftar sebagai perusahaan (emiten) di Bursa Efek Indonesia.
Dari 486 perusahaan yang telah terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dapat
dikategorikan kedalam dua sektor yaitu sektor utama adalah industri penghasil
bahan baku dan sektor kedua adalah industri pengolahan atau manufaktur. Pada
sektor industri pengolahan atau manufaktur terdapat sektor industri dasar dan
kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang dan konsumsi. Dalam sektor
industri dan barang konsumsi, terdiri dari lima subsektor yaitu subsektor
makanan dan minuman, rokok, farmasi, kosmetik dan barang keperluan rumah
tangga, serta peralatan rumah tangga.
Subsektor makanan dan minuman pada industri manufaktur
memiliki peranan penting dalam pertumbuhan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) di
Indonesia, karena masyarakat Indonesia cendrung bersifat konsumtif dalam
pemenuhan kebutuhan pokok dalam hal sandang, pangan, dan papan. Namun, dalam
pemenuhan kebutuhan tersebut masyarakat juga memiliki sensitifitas yang tinggi
terhadap harga pada produk. Jika biaya bahan baku dan biaya produksi semakin
mahal, maka harga jual produk akan semakin tinggi. Dan jika hal ini terus
berlanjut maka produk asli dari subsektor makanan dan minuman di Indonesia akan
merosot dan bisa saja terjadi ketidakmampuan bersaing dengan produk asing serta
produk asli Indonesia akan cenderung lebih mahal. Jika daya saing produk
Indonesia rendah maka akan mempengaruhi pertumbuhan PDB serta memperburuk
kondisi perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, perusahaan subsektor makanan
dan minuman seharusnya memberikan peluang investasi untuk mencari pembiayaan
eksternal agar perusahaannya dapat tumbuh dan berkembang serta mampu bersaing
dengan perusahaan asing.
Pasar modal dapat menjadi sarana yang paling efektif untuk
menghimpun dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang
melaksanakan investasi, serta pasar modal juga merupakan sarana alternatif
untuk memperoleh sumber pendanaan atau pembiayaan eksternal perusahaan untuk
membantu kelancaran operasional perusahaan. Syarat utama yang diharapkan oleh
investor adalah perasaan aman dan kenyamanan dalam investasinya. Menurut Pandji
Anoraga dan Piji Pakarti, (2008 : 98), “Suatu kebijaksanaan pemerintah dapat
mendorong investor memasuki pasar modal. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa
untuk dapat menjadi investor yang baik harus mempunyai keberanian untuk
menanggung risiko. Investor baru akan memasuki pasar modal kalau menurut
penilainnya investasi dalam sekuritas. Instrumen pasar modal lebih
menguntungkan dibandingkan dengan alternatif lain.”
Sebelum melakukan aktifitas investasi di pasar modal
dengan membeli saham, ada baiknya bagi seorang investor untuk melakukan
penilaian tentang kondisi kesehatan dan perkembangan perusahaan tersebut, agar
investasi yang dilakukannya dapat memberikan keuntungan (return). Memperoleh keuntungan (return)
merupakan tujuan pokok dan yang paling utama dalam investasi di pasar modal. Berbagai
cara akan ditempuh oleh seorang investor untuk memperoleh return sesuai yang diharapkan, baik melalui analisis terhadap pola
perilaku perdagangan saham, maupun dengan memanfaatkan sarana yang diberikan
oleh para analis pasar modal.
Setiap
perusahaan go public pasti memiliki
manajemen yang sangat
baik
terlebih karena perusahaan go public merupakan
perusahaan yang dapat dimiliki oleh perusahaan luas, oleh karena itu
operasional perusahaan yang efisien akan sangat mempengaruhi apresiasi
masyarakat pada perusahaan publik. Salah satu ciri sistem manajemen yang baik adalah adanya laporan keuangan
rutin setiap tahunnya, laporan keuangan inilah yang akan jadi tolak ukur bagi investor untuk memiliki saham di perusahaan tersebut. Dalam melakukan investasi di pasar modal para
analis maupun investor dapat melakukan pendekatan investasi baik secara
analisis teknikal dan analisis fundamental.
Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan
harga saham dengan mengamati perubahan harga saham tersebut di waktu lampau.
Sedangkan analisis fundamental merupakan teknik analisis saham yang mempelajari
tentang keuangan mendasar dan fakta ekonomi dari perusahaan sebagai langkah
penilaian harga saham perusahaan. Pandji
Anoraga dan Piji Pakarti, (2008 : 35), mengemukakan “Dengan analisis
fundamental diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional
dari perusahaan. Karena nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja
perusahannya”.
Current Ratio (CR) merupakan salah satu rasio likuiditas
yang bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban
jangka pendeknya dengan aset lancar yang dimilikinya. Nilai Current Ratio
(CR) yang tinggi belum tentu baik ditinjau dari segi profitabilitasnya,
dikarenakan Current Ratio (CR) yang terlalu tinggi pada kondisi tertentu
dapat menunjukkan banyak dana perusahaan yang menganggur yang pada akhirnya
dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan, sedangkan Current Ratio (CR) yang
rendah akan berakibat pada menurunnya harga pasar saham perusahaan yang
bersangkutan.
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio leverage financial (financial leverage ratio) yang mengukur kemampuan kinerja perusahaan dalam mengembalikan
hutang jangka panjangnya dengan melihat perbandingan antara total hutang dengan
modal sendiri (total ekuitas). Didalam Balancing Theory disebutkan bahwa
keputusan untuk menambah hutang tidak hanya berdampak negatif, tetapi juga dapat
berdampak positif karena perusahaan harus berupaya menyeimbangkan manfaat
dengan biaya yang ditimbulkan akibat hutang.
Net Profit Margin (NPM) merupakan suatu ukuran prosentase dari setiap
rupiah penjualan yang menghasilkan laba bersih. Rasio ini memberikan gambaran
tentang laba untuk para pemegang saham sebagai prosentase dari penjualan.
Dengan demikian peningkatan Net Profit Margin (NPM) tentunya akan
memberikan sinyal positif bagi para investor untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut dengan harapan akan memperoleh return yang tinggi,
sehingga peningkatan Net Profit Margin (NPM) tentunya akan diimbangi
dengan peningkatan return serta
harga saham perusahaan.
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merasa tertarik
untuk meneliti tentang harga saham.
Penelitian tentang harga saham
ini dibatasi dengan tiga faktor, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Net Profit Margin (NPM).
Penelitian ini mengambil sampel perusahaan manufaktur subsektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode 2009 – 2013. Oleh karena itu, penelitian ini diberi
judul “PENGARUH CURRENT RATIO (CR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER),
DAN NET PROFIT MARGIN (NPM) TERHADAP HARGA
SAHAM PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR SUBSEKTOR
MAKANAN DAN MINUMAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.
1.2
Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Net
Profit Margin secara parsial
maupun simultan
terhadap
harga saham pada perusahaan
manufaktur subsektor
makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Net
Profit Margin terhadap harga
saham
pada perusahaan
manufaktur subsektor
makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.3
Manfaat
Penelitian
1.3.1
Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat untuk menambah pengetahuan pembaca dan penulis mengenai pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Net
Profit Margin terhadap harga
saham.
Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan referensi bagi
penelitian selanjutnya.
1.3.2
Manfaat
Praktis
a.
Bagi Perusahaan
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan gambaran, masukan atau pertimbangan kepada
perusahaan atau pihak manajemen dalam melakukan pengelolaan perusahaan yang
berkaitan dengan Current Ratio, Debt to
Equity Ratio, dan Net Profit Margin.
b.
Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran baik kepada investor maupun calon investor terhadap
perkembangan suatu perusahaan sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam
pengambilan keputusan ekonomi, misalnya keputusan investasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar